Pages

Thursday, May 31, 2012

Apa Kata Shalafus Sholeh Tentang Zuhud ?

Suatu ketika, Imam Hasan al Bashri Rahimahullah ditanya tentang rahasia zuhudnya di dunia, dan dia berkata: “Ada empat hal. Aku tahu kalau pekerjaanku tidak akan dilakukan oleh orang lain, maka aku menyibukkan diriku dengan pekerjaanku,
aku tahu, bahwa rizki yang kudapat tidak akan diambil oleh orang lain, maka tenanglah hatiku,
aku tahu, bahwa Allah selalu mengawasiku, maka aku malu jika Allah melihatku melakukan maksiat,
aku tahu, bahwa kematian menungguku, maka kupersiapkan bekal untuk bertemu dengan Tuhanku.
Bagi seorang hamba yang zuhud, apa yang ada di sisi Allah SWT lebih dia percayai daripada apa yang ada di tangannya sendiri. Hal ini timbul dari keyakinannya yang kuat dan lurus terhadap kekuasaan Allah SWT. Abu Hazim az-Zahid pernah ditanya: “Berupa apakah hartamu?” Beliau menjawab: “Dua macam. Aku tidak pernah takut miskin kerana percaya kepada Allah SWT, dan tidak pernah mengharapkan apa yang ada di tangan manusia.” Kemudian beliau ditanya lagi: “Engkau tidak takut miskin?” Beliau menjawab, “(Mengapa) aku harus takut miskin, sedangkan Tuhanku adalah pemilik langit, bumi serta apa yang berada di antara keduanya.”
Hakikat zuhud itu berada di dalam hati, yaitu dengan keluarnya rasa cinta dan ketamakan terhadap dunia dari hati seorang hamba. Ia jadikan dunia (hanya) di tangannya, sementara hatinya dipenuhi rasa cinta kepada Allah SWT dan akhirat.
Zuhud bukan bererti meninggalkan dunia secara keseluruhan dan menjauhinya. Lihatlah Rasulullah SAW, teladan bagi orang-orang yang zuhud, Baginda mempunyai sembilan isteri. Demikian juga Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS, raja mempunyai kekuasaan yang besar sebagaimana yang disebutkan oleh Allah SWT di dalam Al-Quran. Para sahabat, juga mempunyai isteri-isteri dan harta, malah ada di antara mereka yang kaya-raya. Semua ini tidaklah mengeluarkan mereka dari hakikat zuhud yang sebenarnya.
Imam Al-Ghazali memberikan tiga cara untuk melaksanakan zuhud: Pertama, memaksa diri untuk mengendalikan hawa nafsunya. Kedua, sukarela meninggalkan kecintaan terhadap dunia kerana dipandang kurang penting. Ketiga, tidak merasakan zuhud sebagai beban, kerana dunia dipandang tiada nilai bagi dirinya.
Ibrahim bin Adham pernah ditanya seorang lelaki: “Bagaimana cara engkau mencapai makam orang zuhud?” Ibrahim menjawab: ”Dengan tiga hal. Pertama, aku melihat kuburan itu sunyi dan menakutkan, sedang aku tidak menemui orang yang dapat mententeramkan hatiku di sana. Kedua, aku melihat perjalanan hidup menuju akhirat itu amat jauh, sedang aku tidak memiliki cukup bekal. Ketiga, aku melihat Tuhan Yang Maha Kuasa menetapkan satu keputusan atasku, sedang aku tidak mempunyai alasan untuk menolak keputusan itu.”

0 comments:

Post a Comment