Pages

Wednesday, May 30, 2012

Hikmah shalat sebagai rukun Islam kedua

Setelah itu perhatikanlah bahwa yang kedua adalah Shalat, yang diwajibkan dan berulang-kali ditegaskan oleh Al-Quran. Ingatlah juga bahwa Al-Quran menegur mereka yang menegakkan Shalat tetapi tidak memahami makna daripadanya dan tetap saja bersikap kejam kepada sesama manusia. Shalat dalam realitasnya adalah permohonan kepada Allah swt agar Dia menjaga kita dari segala keburukan dan perbuatan jahat.
Manusia sesungguhnya berada dalam keadaan menyedihkan dan kesepian dimana ia mendambakan kedamaian dan kepuasan kalbu yang merupakan hasil bawaan dari keselamatan. Namun keselamatan demikian tidak mungkin dicapai hanya dengan kecerdikan atau keterampilan seseorang. Sampai dengan Tuhan telah memanggil maka tidak ada yang bisa menghadap kepada-Nya, sampai dengan Dia mensucikan maka tidak ada orang yang disucikan.
Banyak yang menjadi saksi atas realita bahwa seringkali manusia menginginkan dirinya bersih dari segala dosa, namun tidak juga berhasil meski telah berulangkali berupaya melakukannya. Meski kesadaran dirinya, Nafsi Lawwama, yaitu semangat yang menegur dirinya sendiri telah mengingatkan, tetapi tetap saja ia gagal dan tergelincir kembali. Dari sini bisa disimpulkan bahwa pensucian seseorang dari segala dosa adalah kinerja Tuhan adanya. Manusia tidak mungkin mencapai hal itu hanya atas dasar upayanya sendiri. Namun memang harus diakui bahwa upaya ke arah tersebut merupakan hal yang mutlak harus dikerjakan.
Shalat adalah untuk membasuh batin yang penuh dengan dosa serta telah melenceng jauh dari Tuhan. Adalah untuk mendekatkan ruh kepada Tuhan maka ada sarana yang bernama Shalat, melalui apa kejahatan bisa dipupus dan kalbu diisi dengan perasaan dan emosi yang suci. Inilah yang mendasari pernyataan bahwa Shalat memupus segala keburukan atau mencegah seseorang melakukan suatu yang tidak pantas atau tidak berakhlak.
Lalu apa yang dimaksud dengan Shalat? Itu adalah laku doa yang penuh dengan kepedihan dan karena itu disebut Shalat. Permohonan yang diajukan kepada Tuhan dilakukan dengan memelas dan kesedihan agar Tuhan mau mengangkat segala fikiran buruk, perasaan jelek dan emosi negatif dari kalbu seseorang dan Dia mau mensucikannya dari dalam dirinya dengan cara menciptakan kasih hakiki sebagai gantinya melalui berkat dan rahmat-Nya.
Kata Shalat menunjuk kepada kenyataan bahwa doa tidak cukup hanya dengan lisan saja, karena haruslah kata-kata doa itu dilambari dengan perasaan gelisah dan khawatir. Tuhan tidak akan mendengarkan doa seseorang sampai yang bersangkutan mencapai tingkatan seperti akan mati rasanya (karena kegelisahan memohon di hadapan Tuhan). Sesungguhnya doa itu sulit dan kebanyakan orang tidak memahami hakikatnya. Banyak orang telah menyurati diriku mengatakan bahwa mereka telah berdoa untuk sesuatu tetapi doa mereka tidak membawa efek apa-apa sehingga akhirnya mereka berpandangan negatif terhadap Tuhan mereka dan mereka galau oleh perasaan putus asa. Mereka tidak memahami bahwa doa yang tidak diikuti persyaratan lainnya itu, sulit akan mendapat manfaatnya.
Salah satu persyaratan doa ialah hati itu harus demikian luluh sehingga mencair dan mengalir seperti air yang menuju ke kaki Tuhan yang Maha Agung, diikuti perasaan pedih dan gelisah. Yang bersangkutan jangan sampai tidak sabar dan mengharapkan hasil segera. Ia harus terus menerus berdoa dan kesabaran serta beristiqomah. Barulah setelah itu bisa mengharapkan doanya dikabulkan.
Shalat merupakan doa pada tingkat yang amat tinggi. Menyedihkan sekali bahwa manusia belum memahami nilainya dan mereka menganggapnya hanya sebagai gerakan-gerakan tegak, membungkuk dan sujud diikuti dengan bacaan rapalan seperti burung beo, mengerti atau tidak mengerti artinya. Yang menyedihkan juga ialah umat Muslim zaman ini tidak lagi mengenali fitrat hakiki daripada Shalat dan malah tidak melakukannya secara teratur. Bahkan ada golongan yang malah meninggalkan Shalat untuk diganti dengan beberapa rapalan atau pengulangan beberapa kata-kata. Dari antara golongan itu adalah Noshahi dan Chashti serta beberapa lainnya. Orang-orang seperti itu sebenarnya menyerang agama Islam dan ajarannya dari dalam, setelah itu karena telah menjauh dari disiplin Islam, lalu mencoba menciptakan Syariah baru.
Ingatlah selalu dengan pasti bahwa kita ini tidak memerlukan adanya inovasi baru jika kita dan semua pencari kebenaran telah diberkati dengan Shalat. Setiap kali Hazrat Rasulullah saw. dihadapkan pada kesulitan dan musibah, beliau pasti segera mendirikan Shalat. Pengalaman kita sendiri dan mereka yang mencari kebenaran menunjukkan bahwa tidak ada yang lebih baik daripada Shalat untuk membawa seseorang mendekat kepada Tuhan.
Ketika seseorang berdiri dalam Shalat, ia itu mengambil sikap hormat. Jika seorang sahaya berdiri di hadapan tuannya, tentulah ia berdiri dengan tangan bersidekap. Posisi membungkuk juga merupakan laku hormat yang lebih tinggi derajatnya dari berdiri tegak, sedangkan sujud menjadi bentuk penghormatan yang paling tinggi tingkatannya. Jika seseorang sedang dalam keadaan pasrah sepenuhnya, ia akan mengambil laku sujud.
Celakalah orang-orang tolol dan duniawi yang ingin mempersingkat Shalat serta berkeberatan untuk membungkuk atau pun sujud. Padahal jsuteru hal-hal tersebut merupakan aspek yang terpuji. Sampai seseorang menyadari sepenuhnya akan kawasan dari mana Shalat diturunkan maka selama itu juga ia tidak akan memperoleh apa-apa. Namun bagaimana mereka yang tidak beriman kepada Allah swt akan bisa meyakini manfaat Shalat? (Malfuzat/kumpulan sabda pendiri jama’ah Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad ‘alaihissalam vol. 9, h.108 – 110)


0 comments:

Post a Comment