Pages

Friday, June 1, 2012

Dakwah untuk Menyampaikan Kebenaran Islam. Bukan untuk Menyenangkan Orang.

Dalam Islam, bukan hanya tujuan saja yang harus benar. Tapi cara mencapai tujuan tersebut juga harus benar. Tidak bisa demi satu tujuan, kita menghalalkan segala cara sebagaimana yang dilakukan oleh Machiavelli.

Dari shalat kita bisa menarik pelajaran. Bukan Cuma niat Lillahi Ta’ala yang penting. Tapi juga cara berupa rukun-rukun shalat harus dikerjakan secara benar dan tertib. Jika caranya tidak benar atau ada rukun yang sengaja ditinggalkan, niscaya shalatnya tidak sah.

Begitu pula sedekah, tapi jika hartanya didapat dari hasil korupsi/mencuri, tetap tidak sah.


Rasulullah SAW: Janganlah kamu mengagumi orang yang terbentang kedua lengannya menumpahkan darah. Di sisi Allah dia adalah pembunuh yang tidak mati. Jangan pula kamu mengagumi orang yang memperoleh harta dari yang haram. Sesungguhnya bila dia menafkahkannya atau bersedekah maka tidak akan diterima oleh Allah dan bila disimpan hartanya tidak akan berkah. Bila tersisa pun hartanya akan menjadi bekalnya di neraka. (HR. Abu Dawud)

Dalam berdakwah menyiarkan Islam juga begitu. Seorang Muslim tidak boleh menghalalkan segala cara atau jadi oportunis. Tetap harus lurus di atas jalan Allah.

Sebagai contoh saat Nabi ditawarkan oleh para pemimpin kafir Quraisy Mekkah untuk sedikit “toleran” dalam menyiarkan ajaran Islam dengan bergantian menyembah Tuhan dengan tawaran Kekuasaan sebagai pemimpin Mekkah, Wanita cantik untuk dijadikan istri, dan harta yang berlimpah, Nabi menolak. Nabi berkata “Seandainya Matahari ditaruh di tangan kananku dan Rembulan di tangan kiriku, niscaya aku tetap akan terus menyiarkan dakwah Islam yang lurus.” Sebagai gantinya turunlah surat Al Kafiruun yang menyatakan bahwa Nabi tidak akan menyembah Tuhan yang kaum kafir sembah demikian pula sebaliknya. Untukmu agamamu dan untukku agamaku!

Jadi dakwah Islam meski dilakukan dengan cara yang baik, tetap harus di atas jalan yang lurus. Bukan sekedar untuk menyenangkan orang.

Lihat bagaimana Allah memerintahkan kita agar senantiasa di atas jalan yang lurus. Bukan sekedar menyenangkan hati orang dengan mengikuti kemauan/hawa nafsu mereka:

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” [Al Jaatsiyah 18]

“…Putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu…” [Al Maa-idah 48]

“dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” [Al Maa-idah 49]

Memang dalam berdakwah kita harus dengan akhlaq yang baik dengan cara yang baik. Namun apa yang kita sampaikan harus ajaran Islam yang benar meski orang-orang kafir/munafik membencinya.

Nabi Muhammad dan para Nabi sebelumnya tetap istiqomah menyampaikan ajaran Islam yang lurus dengan cara yang benar meski mereka dibenci oleh orang-orang kafir dan terancam untuk dibunuh:

“Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.” [Al Maa’idah 70]

Bagaimana pun kelompok sesat seperti Ahmadiyah dsb akan selalu ada untuk menyesatkan manusia. Untuk itu dakwah tentang Islam yang benar harus terus dilakukan:

“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.”” [Al Maa-idah 77]

Ummat Islam harus mewarnai dunia. Bukan justru diwarnai oleh orang-orang kafir sehingga ada “Ustad” yang berpenampilan “Spike” sehingga tak bisa dibedakan mana ustad dan mana ahli dugem…:

“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” [Al Mu’minuun 71]

Hendaknya kita tetap berpegang pada Al Qur’an sehingga senantiasa benar:

“Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.” [Ar Ra’d 37]

Tetaplah menyeru manusia ke jalan Allah. Bukan justru kita yang mengikuti hawa nafsu mereka sehingga jadi sekuler, dan sebagainya:

“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka…” [Asy Suura 15]

Jika pun ada orang yang tidak mau mendengarkan dakwah Islam, jangan kecil hati. Di zaman Nabi saja ada gembong munafik Abdullah bin Ubay yang pengikutnya mencapai 30% dari keseluruhan ummat Islam:

“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): “Apakah yang dikatakannya tadi?” Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.” [Muhammad 16]

Orang-orang yang kafir entah itu tegas menyatakan kafir atau pun pura-pura Muslim (Munafik) sulit untuk beriman meski kita beri peringatan:

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.” [Al Baqarah 6]

Kaum munafik lebih patut diwaspadai karena meski mengaku beriman, namun mereka berusaha menyesatkan manusia dari jalan Allah dan berusaha mematikan dakwah Islam:

“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” [Al Baqarah 8-9]

Jika Nabi Daud saja diperintahkan untuk tetap lurus dan tidak mengikuti hawa nafsu manusia yang bisa menyesatkan dari jalan Allah, apalagi kita manusia biasa:

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” [Shaad 26]

0 comments:

Post a Comment