Pages

Friday, June 1, 2012

Kemewahan, Keserakahan, Kesederhanaan, dan Kemiskinan

Hidup bermewah-mewahan/foya-foya dapat membuat orang jadi serakah. Untuk hidup mewah orang perlu uang yang banyak. Meski penghasilannya besar, tapi kalau pengeluarannya lebih besar lagi maka itu seperti lebih besar pasak daripada tiang. Dia akan berusaha mencari uang lebih banyak lagi.


Ada yang memakai credit card sehingga terlibat hutang dan berhadapan dengan debt collector. Ada yang berhutang kemudian tidak mengembalikannya. Ada kenalan yang mencoba meminjam uang puluhan juta rupiah ke saya. Padahal saya sehari-hari hanya naik angkot dan dia ke mana-mana naik mobil ber-AC. Belakangan ada teman saya yang lapor ke saya bahwa saudaranya tak dibayar ketika kerjasama dengan orang tersebut. Banyak juga pejabat yang korupsi agar bisa punya banyak rumah dan mobil mewah. Itulah akibat gaya hidup mewah yang berlebihan. Membuat seseorang jadi zhalim terhadap orang lain.


Ada pula yang melakukan monopoli sehingga merugikan pihak lain. Sebagai contoh 69,4 juta hektar tanah di Indonesia dikuasai oleh 652 pengusaha saja. Sementara jutaan petani tanahnya kurang dari setengah hektar bahkan ada yang tak punya tanah hingga hidup miskin. Padahal jika tanah itu dibagi dengan adil, niscaya kemiskinan yang melanda petani yang tak punya tanah sehingga hanya bisa jadi buruh tani bisa dikurangi.


Homo homini lupus. Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya.


Gandhi berkata, “Bumi cukup untuk memenuhi kebutuhan kita semua, namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan segelintir kecil orang yang serakah.”


Nabi Muhammad SAW berkata : “Seandainya anak Adam memiliki satu lembah emas, niscaya ingin memiliki lembah emas kedua ; seandainya ia memiliki lembah emas kedua, ia ingin memiliki lembah emas yang ketiga. Baru puas nafsu anak Adam kalau sudah masuk tanah. Dan Allah akan menerima taubat orang yang mau kembali kepada-Nya.” (hadis riwayat :Bukhori Muslim)


Pernyataan di atas menunjukkan bahwa keserakahan itu tidak ada habisnya. Kelaparan dan kemiskinan terjadi karena adanya orang-orang yang serakah menumpuk harta dan tidak mau membagi hartanya kepada orang yang miskin.


Di majalah Fortune ditulis orang terkaya di dunia Carlos Slim memiliki harta 59 milyar dollar atau Rp 554 trilyun lebih sementara Bill Gates 56 milyar dollar dan Lakshmi Mittal dengan harta US$ 32 milyar. Kekayaan 1000 orang terkaya di dunia versi Forbes mencapai 33.000 trilyun rupiah.


Jika 1000 orang cukup puas dengan rp 10 milyar dan sisanya disedekahkan, maka 6,6 milyar penduduk dunia masih bisa menikmati hampir Rp 5 juta per orang atau Rp 20 juta per keluarga. Kemiskinan absolut bisa dihindari. Jika 10 juta orang terkaya mau bersedekah dan tidak menumpuk harta terlalu banyak niscaya orang miskin tidak akan ada yang menderita kelaparan.


Oleh karena itu Allah meminta agar harta jangan ditumpuk saja oleh para orang kaya. Namun juga disedekahkan ke orang-orang miskin:


”…supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu…” [Al Hasyr:7]


Kita dilarang hidup boros dan bermewah-mewahan sehingga harta yang bisa disedekahkan tinggal sedikit: Orang yang boros dan hidup mewah disebut sebagai saudaranya setan. Bagaimana mungkin sementara banyak orang kelaparan dia malah foya-foya?


”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” [Al Israa’:26-27]


”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” [At Takaatsur:1]


Nabi Muhammad sendiri selaku Nabi dan pimpinan negara di mana kerajaan Romawi dan Persia sudah hampir jatuh di tangannya menolak hidup mewah. Pada zaman Sahabat kedua kerajaan besar itu takluk di tangan Islam. Tidak seperti Raja Romawi dan Persia yang hidup mewah bergelimang harta, beliau hidup sederhana. Nabi tidur hanya beralaskan pelepah kurma sementara perabot rumahnya sedikit sekali sehingga membuat Umar ra menangis terharu:


Kisah Umar ra: Aku (Umar) lalu segera masuk menemui Rasulullah saw. yang sedang berbaring di atas sebuah tikar. Aku duduk di dekatnya lalu beliau menurunkan kain sarungnya dan tidak ada sesuatu lain yang menutupi beliau selain kain itu. Terlihatlah tikar telah meninggalkan bekas di tubuh beliau. Kemudian aku melayangkan pandangan ke sekitar kamar beliau. Tiba-tiba aku melihat segenggam gandum kira-kira seberat satu sha‘ dan daun penyamak kulit di salah satu sudut kamar serta sehelai kulit binatang yang belum sempurna disamak. Seketika kedua mataku meneteskan air mata tanpa dapat kutahan. Rasulullah bertanya: Apakah yang membuatmu menangis, wahai putra Khathab? Aku menjawab: Wahai Rasulullah, bagaimana aku tidak menangis, tikar itu telah membekas di pinggangmu dan tempat ini aku tidak melihat yang lain dari apa yang telah aku lihat. Sementara kaisar (raja Romawi) dan kisra (raja Persia) bergelimang buah-buahan dan sungai-sungai sedangkan engkau adalah utusan Allah dan hamba pilihan-Nya hanya berada dalam sebuah kamar pengasingan seperti ini. Rasulullah saw. lalu bersabda: Wahai putra Khathab, apakah kamu tidak rela, jika akhirat menjadi bagian kita dan dunia menjadi bagian mereka? [Muslim]


Keluarga Nabi tidak pernah 3 hari berturut-turut makan dengan kenyang. Selalu ada saat kelaparan setiap 3 hari. Ini beda dengan sebagian ummat Islam yang menganggap minum kopi seharga Rp 37 ribu lebih kalau sesuai ”kelasnya” tidak masalah padahal dengan Rp 3 ribu juga sudah dapat. Padahal jabatannya jauh di bawah Nabi baik jabatan ukhrowi mau pun duniawi:


‘Aisyah melaporkan: Tidak pernah keluarga Muhammad (SAW) makan sampai kenyang dengan roti gandum untuk tiga malam berturut-turut sejak kedatangan mereka di Medina hingga wafatnya” [Muslim]


Beda dengan sebagian pejabat Muslim yang memanfaatkan jabatannya untuk memperkaya diri dan keluarganya sehingga tidak habis untuk 7 turunan, Nabi tetap hidup sederhana dan tidak memperkaya diri. Ketika meninggal, Nabi tidak meninggalkan harta warisan:


Dari Aisya r.s Katanya : “Rasulullah SAW tidak meninggalkan harta warisan, walaupun agak sedinar, atau sedirham; tidak pula kambing, tidak pula unta, dan beliau tidak pula berwasiat sesuatu apa pun.


Nabi sederhana bukan terpaksa. Sebagai pemimpin negara dia bisa hidup mewah seperti Raja Romawi dan Persia. Tapi segala harta yang dia dapat langsung disedekahkan untuk fakir miskin.


Istri Nabi, ’Aisyah berkata bahwa pernah Nabi pagi-pagi mendapat hadiah yang banyak. Namun sebelum petang tiba harta tersebut sudah habis dibagikan untuk fakir miskin. Itulah akhlak Nabi sesuai ayat Al Qur’an di bawah:


Allah SWT berkata, ”Engkau tak akan mendapatkan kebaikan apa pun hingga kalian menyedekahkan sebagian harta yang paling kalian cintai.Ketahuilah, apa pun yang kalian infakkan, Allah pasti mengetahuinya.” (Ali ‘Imran: 92).


Hadis dari Abu Musa R.A. bekata bahwa Nabi SAW bersabda, “Tiap Muslim wajib bersedekah.” Sahabat bertanya, “Jika tidak dapat?” Nabi menjawab, “Bekerjalah dengan tangannya yang berguna bagi dirinya dan ia dapat bersedekah.” Sahabat bertanya lagi, “Jika tidak dapat,” jawab Nabi, “Membantu orang yang sangat membutuhkan.” Sahabat bertanya lagi, “Jika tidak dapat?” Jawab Nabi, “Menganjurkan kebaikan.” Sahabat bertanya lagi, “Jika tidak dapat?” Nabi menjawab, “Menahan diri dari kejahatan, maka itu sedekah untuk dirinya sendiri.”


Tak pantas kita hidup mewah dan mempromosikan kemewahan sementara banyak orang miskin di sekeliling kita. Banyak anak-anak dan balita-balita miskin yang berkeliaran di jalan untuk mencari makan. Mereka bukan hanya menghadapi kemiskinan, tapi juga mendapat resiko diperkosa oleh orang-orang dewasa. Harusnya dengan uang yang ada kita membantu mereka ke luar dari kemiskinan sehingga tidak berkeliaran di jalan mencari uang.


Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

Itulah orang yang menghardik anak yatim,

dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. [Al Maa’uun:1-3]


Selama kita hidup mewah dan tidak mau menolong atau memberi makan anak yatim maka kita tak lain hanyalah pendusta agama. Segala ibadah sholat, puasa, dan haji yang kita lakukan tak lebih dari sekedar dusta.


Di akhirat nanti bukan hanya ditanya apakah harta kita dapat dari jalan yang halal. Tapi juga ditanya untuk apa harta kita habiskan. Jika kita tidak membayar zakat dan enggan memberi sedekah, maka kita dianggap kotor.


”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka” [At Taubah:103]


Meski kita tetap harus berikhtiar, namun biasakan hidup qana’ah (merasa cukup) dan bersyukur niscaya anda akan bahagia. Orang yang serakah dan tidak pernah merasa puas, selalu merasa ada yang kurang dan tidak bahagia.


Jadi hentikan keserakahan dan gaya hidup mewah atau boros ala raja Romawi dan Persia. Ikuti sunnah Nabi yang hidup sederhana dan rajin bersedekah.


Berita kekerasan terhadap anak jalanan:

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0303/13/jatim/179383.htm

Sudah lazim dialami mereka ditipu teman sendiri, dicacimaki oleh anak sebaya yang lebih kaya, dituduh mencuri, disodomi oleh orang dewasa atau temannya yang lebih besar

Di Surabaya, anak jalanan laki-laki yang pernah mendapat perlakuan kekerasan seks dalam bentuk sodomi sebanyak 18 anak (2,3 persen). Sementara yang pernah diperkosa sebanyak empat anak jalanan lakilaki (0,5 persen), sedangkan anak jalanan perempuan yang pernah diperkosa sebanyak satu orang.

BAGONG SUYANTO, Dosen FISIP Universitas Airlangga, peneliti pada Divisi Litbang Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur.


http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/13/metro/3528092.htm

Yusup tewas mengenaskan. Bahkan, dari hasil visum ahli forensik, bocah itu pernah diperkosa sebelum dibunuh

Kasus pencabulan dan pembunuhan terhadap anak jalanan oleh Robot Gedek pada 11 tahun silam atau kasus serupa yang menimpa Henny Febrina Purnamasari, siswi kelas VI, di Pondok Gede, Kota Bekasi, oleh seorang sopir “tembak” membuktikan bahwa jalanan di kota-kota besar menyimpan ancaman serius bagi anak-anak.

http://syiarislam.wordpress.com/2007/11/30/kemewahan-keserakahan-kesederhanaan-dan-kemiskinan/

0 comments:

Post a Comment