Pages

Friday, June 1, 2012

Salafi Wahabi Memecah Belah Islam dari Dalam?

Pertamakali saya menganggap gerakan Wahabi itu bagus. Niatnya untuk memurnikan ajaran Islam. Tapi lama-kelamaan kok jadi ekstrim membahas masalah-masalah furu’iyah dan khilafiyah dengan ujung-ujungnya membid’ahkan dan mengkafirkan sesama Muslim.

Sebelumnya saya jelaskan sebagaimana pendapat Ketua FPI, Habib Rizieq Syihab, selain Wahabi Takfiri dan Khawarij yang harus diluruskan, adapula Wahabi yang masih toleran dan bisa diajak dialog.

Di antara yang mereka ributkan dan vonis bid’ah adalah:

- Dzikir berjama’ah

- Dzikir dengan suara keras seperti shalat ‘Isya

- Isbal

- Maulid Nabi

- Pengajaran Sifat 20 yang disusun Imam Abu Hasan Al Asy’ari

dsb

Dengan vonis bid’ah, artinya yang dituduh itu sesat dan masuk neraka.





Ustad Arifin Ilham dengan Majelis Zikir Az Zikro mereka anggap bid’ah dan sesat:

Bagaimana mungkin dzikir bid’ah model Arifin Ilham bisa dikatakan sebagai majelis dzikir yang disebutkan di dalam nash-nash tersebut?

Sedangkan “majalis adz dzikir” yg dinisbahkan kepada model dan cara berdzikirnya Arifin Ilham lbh pantas dinamakan sebagai “majelis makr ” dan bukan majelis dzikr. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari kesesatan

http://blog.re.or.id/bid-ahnya-dzikir-jama-ah-ala-arifin-ilham-5-manhaj.htm

Bagaimana mungkin orang-orang yang berzikir dianggap sesat sementara orang-orang yang berjudi atau mabuk-mabukan di kafe bebas dari cacian kelompok tersebut?

Kelompok Salafi Wahabi ini dalam memahami Al Qur’an sepotong-sepotong tanpa memakai akal dan juga pendapat para Salaf seperti Imam Madzhab (Bukan Ibnu Taimiyyah yg lahir di tahun 728 H).

“Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. ” [Luqman 19]

“Ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut” [Maryam 3]

Dari Ibnu ’Abbas Ra. berkata: “bahwasanya dzikir dengan suara keras setelah selesai shalat wajib adalah biasa pada masa Rasulullah SAW”. Kata Ibnu ’Abbas, “Aku segera tahu bahwa mereka telah selesai shalat, kalau suara mereka membaca dzikir telah kedengaran”.[Lihat Shahih Muslim I, Bab Shalat. Hal senada juga diungkapkan oleh al Bukhari (lihat: Shahih al Bukhari hal: 109, Juz I)]

Diriwayatkan dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung berfirman: Aku adalah menurut sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya ketika ia berzikir (dengan menyebut nama)Ku. Jika ia mengingat Aku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam Diri-Ku, dan jika ia menyebut nama-Ku dalam sekelompok manusia, maka Aku menyebutnya dalam sekelompok manusia yang lebih baik dari mereka. Jika ia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta, jika ia mendekati-Ku sehasta, maka Aku mendekatinya sedepa. Jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan berlari kecil. [HR. Muslim, Kitab az-Zikr, No. 2/2675].

Diriwayatkan dari Abi Musa, ia berkata: Kami pernah bersama Nabi saw dalam suatu perjalanan. Kemudian orang-orang mengeraskan suara dalam bertakbir. Lalu Nabi saw bersabda: Hai manusia, kecilkanlah suaramu, sebab kamu tidak berdoa kepada orang yang tuli dan jauh, melainkan kamu berdoa kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat, dan Dia bersamamu … [HR. Muslim, Kitab az-Zikr, No. 44/2704].

Dari berbagai hadits di atas sebetulnya kita bisa menarik kesimpulan bahwa dzikir berjama’ah dan suara jahar/keras seperti sholat Subuh, Maghrib, dan Isya itu dibolehkan. Jika tidak, tentu dalam sholat tersebut kita dilarang mengeraskan suara.

Yang dilarang adalah suara keras yang berteriak-teriak seperti keledai sehingga mengganggu orang lain. Ibaratnya jika ada orang berbicara dengan kita dengan berteriak-teriak dengan suara keras tentu kita tersinggung bukan? Kita tidak tuli. Tapi kalau berbisik-bisik tidak kedengaran juga kita tidak bisa mendengar.

Jika dzikir berjama’ah dan bersuara keras itu dilarang, dan orang dzikir sendirian dengan tidak bersuara, niscaya kita tidak akan bisa mendapatkan berbagai dzikir dari Nabi. Afala ta’quluun. Apakah kalian tidak berakal? Begitu kata Allah.

Tidak pantas juga bagi seorang Muslim untuk mudah menganggap sesat atau mengkafirkan sesama Muslim yang masih sholat dan mengucapkan 2 kalimat syahadah. Jika begitu, maka mereka itu lemah imannya atau mungkin justru tidak punya iman:

Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)

Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)

Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim]

http://media-islam.or.id/2011/11/30/haram-berteman-dengan-kafir-harbi-dan-membunuh-sesama-muslim/

Kaum Salafi Wahabi ini begitu bengis terhadap sesama Muslim. Namun terhadap kaum kafir seperti Yahudi dan Nasrani (AS dan Israel) mereka amat bersahabat. Orang yang benar-benar beriman dan ingin memurnikan ajaran Islam tidak akan begitu.

Kaum Syi’ah mereka kafirkan. Di Timur Tengah, mereka saling bunuh dan bom masjid dengan kaum Syi’ah. Di Indonesia, kelompok Aswaja/NU sudah kenyang dibid’ah-bid’ahkan oleh mereka terkait hal di atas. Demo Hizbut Tahrir mereka anggap Bid’ah. Bahkan terhadap sesama Salafi pun mereka pecah dan saling caci sehingga kata-kata yang tidak pantas seperti “KECOAK” dilontarkan kepada sesama mereka:

Abdul Mu’thi:
Khususnya yang berkenaan tentang Abu Nida’, Aunur Rafiq, Ahmad Faiz serta kecoak-kecoak yang ada di bawah mereka. Mereka ternyata tidak berubah seperti sedia kala, dalam mempertahankan hizbiyyah yang ada pada mereka (www.salafy.or.id, manhaj: “Bahaya jaringan JI dari Kuwait dan At Turots”, Abdul Mu’thi, Abu Ubaidah Syafrudin dan Abdurahman Wonosari).

http://myquran.org/forum/index.php?action=profile;area=showposts;u=27174

http://salafytobat.wordpress.com/2008/09/11/salafy-haraky-vs-salafy-yamani-vs-salafy-sururi/

Kata-kata Ular dilontarkan terhadap sesama Muslim:

Nah liciknya, ketika salafi dan jihadi sedang bertempur membela manhajnya masing-masing, kelompok bid’ah hasanah menyelusup ke dalam barisan jihadi seperti ular berbisa lalu menebar racunnya secara membabi buta, entah kepada jihadi atau kepada salafi.

http://muhibbulislam.wordpress.com/2011/04/30/salafi-antara-jihad-dan-bencana-bid%E2%80%99ah-hasanah/

Bagaimana mungkin seorang ulama kata-katanya penuh dengan “Kebun Binatang”? Kata-kata seperti “Kecoak”, “Ular Berbisa” dilabelkan kepada manusia. Jangankan ulama/dai, bagi orang awam pun itu tidak pantas. Allah benci dengan orang yang seperti itu:

Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji, yang berkata kotor dan membenci orang yang meminta-minta dengan memaksa. (AR. Ath-Thahawi)

Orang yang paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan dengan keji dan kejam. (HR. Bukhari)

Nabi Muhammad itu diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia:

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)

Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)

Dalam Surat Al Hujuraat 11-12 Allah melarang orang-orang yang beriman mengolok-olok dan memaki satu kaum dan menggunjing (ghibah) orang lain. Orang yang melakukan itu di akhirat kelak akan memakan bangkai yang busuk.

Bagaimana mungkin kita mengaku “MENGHIDUPKAN SUNNAH” jika kita ‘MEMATIKAN AL QUR’AN”? Melanggar ayat-ayat Al Qur’an di atas seperti memaki manusia sebagai Kecoak dan Ular?

Nabi Muhammad dan orang Islam yang benar itu kasih sayang dengan sesama dan keras terhadap orang-orang kafir. Bukan seperti Salafi Wahabi di atas:

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” [Al Fath 29]

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah 54]

Orang-orang yang beriman tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Al Maa-idah 51]

Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:

“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52]

Tidak jarang kaum Salafi Wahabi memperdebatkan hadits-hadits meski “lawannya” juga punya argumen dari Hadits Bukhari seperti Abu Bakar yang Isbal tapi tidak dihukum haram oleh Nabi. Akibatnya timbul fitnah dan perpecahan. Padahal jangankan hadits, Al Qur’an saja jika isinya tidak jelas (Mutasyabihat) Allah melarang kita untuk memperdebatkannya karena khawatir timbul perpecahan:

“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. : [Ali 'Imran 7]

Dakwah Nabi adalah menyeru manusia kepada kalimat Tauhid. Masuk ke dalam Islam. Untuk itu Nabi mengirim berbagai surat ajakan masuk Islam ke Kaisar Romawi Heraklius, Kisra Persia, Raja Mesir Muqowqis, dsb. Nah kalau Wahabi bukan menyeru orang-orang kafir ke dalam Islam atau pun mengajarkan pokok2 ajaran Islam tapi justru meributkan hal-hal furu’iyah/khilafiyyah dsb yang akhirnya mengeluarkan vonis bahwa kelompok Muslim ini bid’ah, kelompok Muslim itu sesat. Merusak Persatuan Islam dan Ukhuwah Islamiyah:

“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” [Al An’aam:159]

Jadi bukannya memurnikan ajaran Islam, justru melanggar banyak ayat-ayat Al Qur’an dan menimbulkan perpecahan ummat Islam.


Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]
Inilah peta Najd:
Walau pun kaum Salafi berdalih bahwa Najd yang dimaksud bukan Najd di dekat Riyadh yang terkenal itu, tapi di Iraq, namun pendapat itu keliru. Pertama saat Hadits itu muncul ada orang Najd asli (bukan dari Iraq). Jika bukan Najd itu yang dimaksud, tentu Nabi akan menjelaskan bahwa Najd di Iraq lah agar mereka tidak tersinggung dan tidak timbul FITNAH.
Kedua, di hadits lain disebut bahwa Najd yang dimaksud di sebelah timur Madinah. Jelas itu Najd di dekat Riyadh karena posisinya pas di timur. Sedang Iraq posisi di peta agak disebelah utara:
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: 
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167)
Saat Mu’awiyah berontak kepada Khalifah Ali, Islam terbagi 3: Sunni (Pendukung Mu’awiyah), Syi’ah Ali (Pendukung Ali), dan Khawarij. Pada dasarnya Khawarij itu aqidah dan amalnya adalah Islam. Namun karena mereka mengkafirkan orang Islam di luar kelompoknya bahkan membunuh Sayidina Ali, maka jumhur ulama menganggap Khawarij keluar dari Islam. Bukan Islam.
Jadi meski mengaku “Menghidupkan Sunnah”, namun jika mengkafirkan orang yang membaca Syahadah dan Sholat (meyakini 6 rukun Iman dan melaksanakan 5 rukun Islam) apalagi sampai membunuhnya, mereka adalah Khawarij. Bukan Islam.
Dari Abu Huroiroh ra bahwasanya Nabi SAW bersabda:

إذا قال الرجل لأخيه يا كافر فقد باء به أحدهما

“Apabila seseorang mengatakan kepada saudaranya: Wahai orang kafir, maka perkataan itu akan menimpa salah satu dari keduanya.” [HR Bukhari]
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengangkat senjata melawan kita, bukanlah termasuk golongan kita.” Muttafaq Alaihi.  
Pada ayat-ayat Al Qur’an di atas juga dijelaskan jika orang Islam itu lemah-lembut terhadap sesama dan keras terhadap orang-orang kafir. Jadi jika terhadap sesama Muslim begitu keras seperti mengkafirkan bahkan membunuh, dia bukan Islam.
Waspadailah kaum Khawarij meski mengaku Muslim dan begitu fasih membaca Al Qur’an, namun mereka justru mengkafirkan dan memerangi ummat Islam sedang penyembah berhala dan oramg-oramg kafir seperti Yahudi dan Nasrani justru aman dari tangan mereka:
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra., ia berkata:
Seseorang datang kepada Rasulullah saw. di Ji`ranah sepulang dari perang Hunain. Pada pakaian Bilal terdapat perak. Dan Rasulullah saw. mengambilnya untuk diberikan kepada manusia. Orang yang datang itu berkata: Hai Muhammad, berlaku adillah! Beliau bersabda: Celaka engkau! Siapa lagi yang bertindak adil, bila aku tidak adil? Engkau pasti akan rugi, jika aku tidak adil. Umar bin Khathab ra. berkata: Biarkan aku membunuh orang munafik ini, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Aku berlindung kepada Allah dari pembicaraan orang bahwa aku membunuh sahabatku sendiri. Sesungguhnya orang ini dan teman-temannya memang membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1761)
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra., ia berkata:
Ali ra. yang sedang berada di Yaman, mengirimkan emas yang masih dalam bijinya kepada Rasulullah saw., kemudian Rasulullah saw. membagikannya kepada beberapa orang, Aqra` bin Habis Al-Hanzhali, Uyainah bin Badr Al-Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al-Amiri, seorang dari Bani Kilab, Zaidul Khair At-Thaiy, seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang Quraisy marah dan berkata: Apakah baginda memberi para pemimpin Najed, dan tidak memberikan kepada kami? Rasulullah saw. bersabda: Aku melakukan itu adalah untuk mengikat hati mereka. Kemudian datang seorang lelaki yang berjenggot lebat, kedua tulang pipinya menonjol, kedua matanya cekung, jidatnya jenong dan kepalanya botak. Ia berkata: Takutlah kepada Allah, ya Muhammad! Rasulullah saw. bersabda: Siapa lagi yang taat kepada Allah jika aku mendurhakai-Nya? Apakah Dia mempercayai aku atas penduduk bumi, sedangkan kamu tidak mempercayai aku? Lalu laki-laki itu pergi. Seseorang di antara para sahabat minta izin untuk membunuh laki-laki itu (diriwayatkan bahwa orang yang ingin membunuh itu adalah Khalid bin Walid), tetapi Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara bangsaku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)

Anjuran untuk membunuh orang-orang Khawarij

Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)

Golongan Khawarij adalah seburuk-buruk manusia

Hadis riwayat Sahal bin Hunaif ra.:
Dari Yusair bin Amru, ia berkata: Saya berkata kepada Sahal: Apakah engkau pernah mendengar Nabi saw. menyebut-nyebut Khawarij? Sahal menjawab: Aku mendengarnya, ia menunjuk dengan tangannya ke arah Timur, mereka adalah kaum yang membaca Alquran dengan lisan mereka, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1776)

Referensi:

Pandangan FPI terhadap Wahabi:

Ada pun Pandangan FPI terhadap WAHABI sebagai berikut : FPI membagi WAHABI dengan semua sektenya juga menjadi TIGA GOLONGAN ; Pertama, WAHABI TAKFIRI yaitu Wahabi yang mengkafirkan semua muslim yang tidak sepaham dengan mereka, juga menghalalkan darah sesama muslim, lalu bersikap MUJASSIM yaitu mensifatkan Allah SWT dengan sifat-sifat makhluq, dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari USHULUDDIN yang disepakati semua MADZHAB ISLAM. Wahabi golongan ini KAFIR dan wajib diperangi.
Kedua, WAHABI KHAWARIJ yaitu yang tidak berkeyakinan seperti Takfiri, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan mau pun tulisan terhadap para Ahlul Bait Nabi SAW seperti Ali RA, Fathimah RA, Al-Hasan RA dan Al-Husein RA mau pun ‘Itrah/Dzuriyahnya. Wahabi golongan ini SESAT sehingga mesti dilawan dan diluruskan.
Ketiga, WAHABI MU’TADIL yaitu mereka yang tidak berkeyakinan Takfiri dan tidak bersikap Khawarij, maka mereka termasuk MADZHAB ISLAM yang wajib dihormati dan dihargai serta disikapi dengan DA’WAH dan DIALOG dalam suasana persaudaraan Islam.

Pandangan Habib Munzir Al Musawa dari Majelis Rasulullah tentang Wahabi:

beda dengan orang orang wahabi, mereka tak punya sanad guru, namun bisanya cuma menukil dan memerangi orang muslim.
mereka memerangi kebenaran dan memerangi ahlussunnah waljamaah, memaksakan akidah sesatnya kepada muslimin dan memusyrikkan orang orang yg shalat.
salaf, artinya adalah kaum yg terdahulu, salaf adalah istilah bagi Ulama Ulama yg terdahulu di masa setelah Tabi’ Tabiin, namun kaum penganut ajaran wahabi menamakan dirinya salafy, padahal mereka tak mengikuti ajaran ulama salaf yg terkenal berbudi luhur, ahli ibadah, ahli ilmu syariah.
mereka ini muncul di akhir zaman justru membawa ajaran sesat dan mengaku salaf.

0 comments:

Post a Comment